Hai almanares,, syukur Alhamdulillah kita
dipertemukan lagi di sini. Masih ingatkan ? almanar edisi idul fitri lalu kita
membahas tentang hewan – hewan yang ada di dalam alquran. Nah kalo yang edisi
idul adha ini kita mau ngobrolin tentang “berdakwah setelah menikah”.
Almanares, fenomena dakwah berhenti setelah para aktivis menikah sudah tak asing lagi, jika aktivis dakwah senior baik pemuda muhammadiyah maupun nasyiah ada yang menikah, saat itu juga akan terdengar berita “si itu” udah ga bisa iku rapat lagi, “si dia” udah ga pernah nongol di pengajian dsb. Eit, Fenomena itu hanya ada di kalangan orang awam sobat…. tentunya bagi kalian para penggerak dakwah, so pasti tak akan menganggap seperti itu kan. Sudah saatnya fenomena yang berkembang di masyarakat itu harus kita luruskan, agar tak menjadi image buruk bagi para aktivis dakwah yang sudah berani melanjutkan dakwahnya di jenjang yang lebih tinggi, (hehe naik kelas nih..).
Almanares, fenomena dakwah berhenti setelah para aktivis menikah sudah tak asing lagi, jika aktivis dakwah senior baik pemuda muhammadiyah maupun nasyiah ada yang menikah, saat itu juga akan terdengar berita “si itu” udah ga bisa iku rapat lagi, “si dia” udah ga pernah nongol di pengajian dsb. Eit, Fenomena itu hanya ada di kalangan orang awam sobat…. tentunya bagi kalian para penggerak dakwah, so pasti tak akan menganggap seperti itu kan. Sudah saatnya fenomena yang berkembang di masyarakat itu harus kita luruskan, agar tak menjadi image buruk bagi para aktivis dakwah yang sudah berani melanjutkan dakwahnya di jenjang yang lebih tinggi, (hehe naik kelas nih..).
Oke almanares saatnya kita akan kupas
tuntas serangkaian tips dan maksud dari berdakwah setelah menikah.
Sebelum kita membahas “berdakwah setelah
menikah” kita musti paham dulu nih dengan apa yang dimaksud dengan “berdakwah”
dan “menikah”.
Kata
dakwah dari bahasa arab “Da’wah”, ‘da’aa yang berarti memanggil, mengundang,
atau mengajak. Menurut Syekh Muhammad Al-Khadir Husain dakwah berarti menyeru
manusia kepada kebajikan dan petunjuk serta menyuruh kepada kebajikan dan
melarang kemungkaran agar mendapat kebahagian dunia dan akherat. Dakwah diartikan juga sebagai perintah
mengadakan seruan kepada sesama manusia untuk kembali dan hidup sepanjang
ajaran Allah yang benar dengan penuh kebijaksanaan dan nasehat yang baik (Aboebakar
Atjeh, 1971:6).
Yah… cukup singkat dan jelas untuk
menjelaskan tentang dakwah bagi almanares, seperti yang dituliskan juga oleh
Abdul Karim Zaidan bahwa dakwah adalah mengajak kepada agama Allah yaitu Islam.
Tentunya di dalam Al-Qur’an pun Allah telah memerintahkan kewajiban dakwah
dalam QS.Ali Imron ayat 104.
Oke next…. Kita membahas sedikit
tentang menikah ya almanares….
Pernikahan
atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga
dapat berarti Ijab Qobul (akad
nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan
oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai
peraturan yang diwajibkan oleh Islam.
Almanares,
setelah kita tahu makna dakwah dan menikah. So jangan kuatir bagi para
penggerak dakwah dan aktivis dakwah.
Aktivitas sebelum menikah tentu disibukkan
dengan berbagai kegiatan organisasi dan seabreg agenda dakwah baik di
kampus, maupun masyarakat. Nah biar gak ada lagi suara “si itu” udah
ga bisa ikut rapat lagi, “si dia” udah ga pernah nongol di pengajian
dsb. Yuk kita siapkan kader jauh sebelumnya. Disinilah kita perlu memahami
bagaimana strategi dakwah agar tidak terputus karena menikah. Ingat
almanares… menikah itu ibadah bukan penghalang untuk terus berdakwah.
Yups, tentunya langkah pertama dalam berdakwah
adalah menejemen organisasi untuk membangun suatu system kerjasama dalam
pencapaian tujuan dakwah. Di dalam organisasi terdapat unsur pokok yang
membentuk kegiatan menejemen yang terdiri atas da’i (man), sarana (materials),
metode (methods), dana (money), dan obyek dakwah (market).
Masing-masing unsur ini memiliki fungsinya sendiri namun tidaklah berdiri
sendiri melainkan saling berinteraksi dan mempengaruhi dalam mendorong
tercapainya tujuan dakwah. So…almanares alangkah baiknya di dalam
organisasi seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan melalui pengembangan
kerjasama seluruh personil organisasi yang dikelola oleh seorang leader
(pemimpin).
Nah, selanjutnya untuk aplikasi menejemen
dakwah sendiri kita harus membuat system menejemen seperti pendapat para ahli:
planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating
(pelaksanaan), controlling (pengawasan) dan evaluating
(evaluasi).
Next, bagi almanares yang tentunya para aktivis
dakwah, baik bagi pemuda maupun pemudi langkah awal yang kita lakukan adalah
memaksimalkan proses menenjemen dakwah. Planning atau perencanaan adalah
langkah awal dalam organisasi, dimana seorang aktivis menetapkan apa tujuan
dakwah kemudian bagaimana melakukannya yang tertuang dalam program agenda sebagai program kerjanya, lalu siapa
yang melakukan hal ini terkait kader dakwah (unsure man), dan kapan
suatu kegiatan akan dilakukan.
Tidak cukup dengan sebuah planning
saja almanares, berikutnya adalah organizing dimana pengorganisasian ini
dilakukan untuk menciptakan hubungan tugas yang jelas antar personil sehingga
setiap orang dapat bekerja bersama sebagai teamwork secara kondusif
serta mendukung pencapaian tujuan. Salah
satu di dalam organizing adalah penentuan orang-orang dalam melakukan kegiatan
sesuai potensinya, yah… disinalah hal penting bagi para aktivis yang
sudah berencana akan menikah atau berpindah tempat (hehe), tentunya
dalam penyiapan kader-kader dakwah yang nantinya akan menjadi penerus pergerakan dakwah kita.
Setelah terpilihnya kader-kader dakwah
hal berikutnya adalah bagaimana kita mencetak kader-kader tersebut agar
memiliki potensi dakwah yang unggul. Pergerakan (actuating) disinilah
usaha, cara maupun teknik dan metode untuk mendorong atau member motivasi para kader dakwah agar mau dan ikhlas
bekerjasama dengan sebaik mungkin guna tercapainya tujuan dakwah.
Pergerakan ini diarahkan untuk merangsang kader-kader secara antusias dan penuh
semangat sebagai wujud dari kemauan yang baik. Nah… PR niy bagi para Leader atau pemimpin, kalian harus
memiliki cara-cara tertentu dalam memberikan motivasi kepada anggota
organisasi atau kader-kader dakwah yang dipimpin.
Tidak berhenti sampai disitu saja
almanares, setelah tercetak kader-kader dakwah yang mumpuni, para aktivis yang
tentunya akan melaju di ranah lebih tinggi (menikah niy…) bisa dengan tenang
ketika akan berpindah di medan dakwah yang berbeda (hehe*). Nah, namun tak kemudian berhenti sampai
dengan mencetk kader saja, tentunya ketika para aktivis yang sudah hengkang
ini berkurang waktunya atau bahkan sudah absen dari kancah organisasi
dakwah, kita masih punya tugas dalam Controlling (pengawasan) dan
evaluasi.
Di dalam tahap pengawasan maupun
monitoring ini, akan diperoleh gambaran apakah pelaksanaan kegiatan telah
memenuhi prosedur yang disepakati untuk perkembangan dan kemajuan yang telah
ditetapkan. Yah, singkatnya kita masih punya tanggung jawab dalam membimbing
para kader kita secara tidak langsung (indirect control). Sedangkan dalam tahap evaluasi adalah untuk mengetahui
apakah dakwah itu berhasil atau tidak, gagal atau tidak. Disini dibutuhkan
proses evaluasi yang teliti dan cermat serta objektif dengan menetapkan
parameter-parameter keberhasilan aktifitas dakwah, sehingga dari hasil
evaluasi tersebut dapat dijadikan referensi untuk menyusun langkah-langkah
strategi dakwah yang lebih efektif pada masa berikutnya, dan isyarat dalam
melakukan evaluasi terdapat dalam firman Allah SWT : QS Al-Hasyr 59 :18
And the last…. Jangan khawatir para
aktivis dakwah, intinya ketika kalian akan melangkah dalam medan dakwah yang
lebih tinggi yaitu dalam pernikahan, persiapkanlah kader-kader dakwah yang
nantinya akan mnjadi penerus dakwah. Dan tentunya setelah menikah pun, jangan
kemudian berhenti di satu titik yang bernama Rumah Tangga saja kawan... justru
melalui pernikahan itulah sebenarnya kita telah melangkah lebih tinggi di medan
dakwah yang selanjutnya (naik kelas nih..).
Almanares, tidak ada kata “alumni aktivis dakwah” yang ada
adalah “aktivis dakwah forever”.
So, bagi para aktivis yang sudah menjadi bapak atau ibu, ayo
ekplorasi kembali potensi dakwah kalian melalui dakwah dalam keluarga baru
kalian, lalu kembangkan dan jalinlah kembali link dakwah dengan para
aktivis yang lain untuk membangun membangun medan dakwah yang lebih tinggi.
*artikel ini dimuat di majalah almanar edisi idul adha 1434H*
-otta.gz (almanar
crew)-